Iklan

Asosiasi Tradisi Lisan Hadir Pertama Kali di Bumi Sikerei Dalam Perhelatan FTL dan Konferensi Internasional Tradisi Lisan Budaya Mentawai

Kamis, 25 November 2021, November 25, 2021 WIB Last Updated 2021-11-25T01:56:24Z


SASARAINAFM.COM  TUAPEJAT - Khairil Anwar Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Sumbar menyebutkan bahwa latar belakang dihelatnya Festival Turuk Laggai (FTL) dan konferensi internasional tradisi lisan budaya Mentawai digelar beberapa waktu lalu di Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, salah satunya karena Para peneliti prihatin dengan kondisi Turuk Laggai di Kepulauan Mentawai yang saat ini dari 43 desa yang ada hanya 8 desa yang ada turuk laggai.


"Oleh karena kepedulian kami dari ATL mencoba hadir di Kepulauan Mentawai yang digelar perdana di Kepulauan Mentawai ini,"ujar Khairil Anwar, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Sumbar di Bujai Mentawai Griya Hotel beberapa waktu lalu.



Lebih lanjut Ia mengatakan tujuan dari kunjungan ATL ini, untuk memberdayakan semua pelaku ekosistem kebudayaan di Mentawai agar sama-sama melestarikan tradisi lisan Mentawai dan melalui rintisan ATL ini mudah-mudahan bisa dikembangkan oleh semua lapisan.


Di tempat yang sama, Pudentia, Ketua umum Asosiasi Tradisi Lisan memperkenalkan bagaimana ATL selama ini melaksanakan program-programnya sebagai mitra Dirjen kebudayaan, Kementrian pendidikan, kebudayaan, Riset, dan teknologi serta mitra UNESCO yang telah terakreditasi.


"ATL memiliki tanggungjawab utama yaitu melestarikan, melindungi, mengembangkan, dan melakukan pembinaan untuk menciptakan tenaga-tenaga pengelola tradisi lisan di Indonesia,"tutur Pudentia.


Tugas ATL dimulai  sejak tahun 1.993 dan hingga hari ini sudah tersebar di 27 daerah di Indonesia dengan berbagai kegiatan yang mulanya bersumber dari tiga kegiatan utama yaitu, melalui penelitian (research), dokumentasi (publikasi), dan pementasan.


"Untuk menghidupi tradisi dan dihidupi oleh masyarakatnya, maka pementasan menjadi sangat penting. Ketiganya perlu dilakukan secara bersamaan demi eksistensi tradisi atau budaya tersebut,"paparnya.


Selanjutnya, tutur Pudentia, perkembangan berikutnya, saat itu ketua badan pembina ATL memprakarsai kegiatan dengan memberikan penghargaan kepada para maestro tradisi dan melahirkan program di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai program anugerah kebudayaan untuk maestro tradisi hingga saat ini.


ATL saat itu turut berpartisipasi untuk mencari dan mengusulkan kepada Pemerintah memberikan penghargaan kepada maestro seni tradisi di Indonesia.


Kemudian diberi tunjangan pensiun atas hasil kerja selama ini. Setiap tahun, imbuhnya, hanya bisa memberikan penghargaan kepada Lima maestro karena keterbatasan anggaran Pemerintah.


Program lain yang kemudian berkembang adalah bagaimana melakukan pemberdayaan masyarakat.


"Komunitas pemilik tradisi sangat penting dan menjadi program utama UNESCO.Community development tidak mungkin bisa dijalankan tanpa semua komponen dalam ekosistem kebudayaan,"paparnya.


Pendekatan kelima yang kemudian ATL kembangkan adalah bagaimana mengembangkan industri kreatif tanpa merusak tradisinya, tetapi memasukkan tradisi itu sebagai bagian dari industri kreatif dengan tujuan utama living tradition, membuat tradisi tetap hidup. 


"Heritage alive dan komunitas itu tetap menjadi bagian yang menghidupi dan dihidupi oleh tradisi itu sendiri,"ujarnya.


Ia berharap kegiatan ini terus berlanjut setiap tahunnya menjadi event, sehingga Mentawai memiliki program tetap semacam ini dengan nama khusus atau tetap hingga menjadi festival mendunia.


Pudentia menuturkan bahwa dalam waktu dekat ATL berjanji mengupayakan pembentukan tim ahli warisan budaya tak benda untuk mengusulkan ke tingkat Dirjen kebudayaan, Kementrian pendidikan, kebudayaan, Riset, dan teknologi.


Ia menyebutkan, dari Tradisi Mentawai yang cukup banyak,hingga saat ini yang sudah masuk Warisan Budaya Tak benda (WBTb) nasional ada tiga yaitu ,Tato, Uma, dan Sikerei.


"Mudah-mudahan bisa dilanjutkan dengan tradisi dan budaya lain untuk masuk WBTb,"pungkasnya.(KS)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Asosiasi Tradisi Lisan Hadir Pertama Kali di Bumi Sikerei Dalam Perhelatan FTL dan Konferensi Internasional Tradisi Lisan Budaya Mentawai

Terkini

iklan2

Iklan