SASARAINAFM.COM, TUAPEJAT_Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Mentawai, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) akan buka
pertanian Terpadu di kawasan Km 7, Kecamatan Sipora Utara, Desa Sipora Jaya.
“Keterpaduannya itu antara pertanian, peternakan dan
pariwisata, sekarang lokasi ini di tata, di belakang ini peternakan dan mungkin
sebelah kiri ini pertanian, misalnya mau tanam apa kira,” kata Bupati Kepulauan
Mentawai, Yudas Sabaggalet saat ditanya di lokasi pertanian terpadu, pada Kamis
(14/2/2019).
Pertanian terpadu tersebut akan dikolaborasikan dengan
peternakan sapi di areal 10 Hektar milik Pemda Mentawai. Dengan luas seperti
itu maka akan dilakukan pemetakan pembagian berapa luas perkebunan atau pertanian
dan berapa luas untuk peternakan sapi.
Selain itu Yudas juga menyampaikan di lokasi pertanian
terpadu akan dibangun rumah pelatihan, dengan tujuan guna mempermudah pelatihan
bagi petani lokal, selain mempermudah pelatihan juga mengurangi biaya transportasi
ke Padang.
“Jadi kalau kita distribusi sapi dari Sikakap, Siberut atau
Sipora, tidak usah ke Padang, dari sini saja kita bisa distribusi, karena iklim
Sikakap, Sipora dan Siberut itu relatif sama, dari pada kita datangkan dari
luar,” ujarnya. .
Menurut Yudas, perlunya dilakukan pelatihan petani agar
memiliki kemampuan dalam mengembangkan pertaniannya atau peternakannya. sebab, jika tidak dilatih berdampak kepada
minimnya pengetahuan peternak, sehingga tidak akan membuahkan hasil.
“Jangan sampai saat kita memberikan bantuan sapi kepada
peternak, ternyata bukan petani atau peternak, ternyata nelayan, ga jadi, ini
konsepnya, sehingga terjadi pemberdayaan masyarakat petani dan peternak, jangan
sampai kita salah membagikan ternak,” katanya.
Yudas juga berharap di dalam lokasi pertanian terpadu akan
di tanam tanaman lokal, seperti durian Mentawai, lansat, rambutan Mentawai,
jeruk Mentawai, serta tanaman lainnya yang ada di Kepulauan Mentawai.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Pertanian dan Peternakan
Dispangtan Mentawai, Zakirman mengatakan sapi akan datang pada hari Senin
(18/2/2019) sebanyak 10 ekor dari Padang Mengatas atau sapi Pesisir.
“Jadi ternak ini, kita sudah ada MoU antara Pemda kita
dengan PPTU Balai ternak unggul Padang Mengatas, itu kan miliknya Dirjen
Peternakan dan kita sudah koordinasi kesitu dan segera datang untuk mengisi di
BBU ini,” katanya. .
Lebih lanjut ia sampaikan untuk sementara pihaknya masih
membuka lahan peternakan 1 Hektar sebagai uji coba. Jika itu berhasil maka
selanjutnya akan di kembangkan sebanyak 50 ekor anakan dengan umur sapi 2 tahun
dengan biaya per ekor Rp10 juta.
Tak hanya itu, Dokter hewanpun akan dilibatkan dalam
perkembangan pembangunan pertanian terpadu, agar nantinya sapi yang didapatkan
benar-benar sehat dan tidak terjangkit oleh penyakit.
“Kalau untuk kondisi lokasi di Mentawai ini cukup mendukung
ya luas, itu salah satu sisi positifnya, selain itu sisi negatifnya pakan
ternak disini masih kurang makanan yang mengandung protein, rumput gajah disini
belum ada, sehingga perlu pengelolaan ulang, atau pembuatan makanan dengan
campuran makanan lainnya yang mengandung vitamin,” ujar Drh. Rika Yuniar.
Menurut Rika penyakit yang sering diderita sapi yaitu
Penyakit yang biasa dan paling sering mungkin diare dan kembung. Karena kondisi
cuaca di Mentawai sebagai daerah kepulauan yang cukup ekstrim antara panas dan
hujan. Ditambah sistem pemeliharaan sapi yg di umbar (dilepas liar tanpa
kandang untuk berteduh).
“Biasanya sih karena kena jeratan (tali pengikat sapi) atau
terluka karena gesekan kayu di sekitar umbaran atau kandang sapi. Kalau luka
dihinggapi lalat bisa jadi melebar lukanya seperti kudis. Bisa juga karena di
lokasi kandang kurang bersih banyak kotoran, lembab dan banyak lalat dan
serangga lain yang bisa menggigit sapi, hal ini juga bisa menyebabkan luka pada
tubuh sapi,” ungkapnya. (Str)