foto ilustrasi : pencatat gempa |
"Terkait pertemuan kita yaitu memohon izin kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, tadi bersama bapak wakil bupati, pak Sekda serta Asisten, itu kita mau memasang empat alat sensor shelter sensor seismik broadband seismograph, dengan tujuan untuk merapatkan jaringan," kata Koordinator BMKG Sumatera Barat, Irwan, Senin (12/1/2020).
Ia menjelaskan untuk mendapatkan data yang akurat minimal suatu daerah harus memiliki 4 buah sensor shelter pencatat gempa bumi, sejauh ini Mentawai hanya memiliki 2 buah sensor shelter sehingga tidak maksimal untuk memberikan data jika terjadi suatu bencana di daerah tersebut.
"Dengan ditambahnya empat sensor ini maka akan ada enam sensor di Mentawai, otomatis dari data Mentawai saja kita bisa memberi peringatan dini selama tiga menit terjadinya Tsunami kepada masyarakat Mentawai," Ungkapnya.
Menurut Irwan, jika ini tidak dimaksimalkan atau tidak dibangun maka data mesti harus diambil dari daerah lain seperti Bengkulu atau Padang, sementara kejadian bencana di Mentawai. Selain itu akan dipasang peralatan-peralatan yang bisa memproses data melalui sensor yang ada di Mentawai, kemudian data tersebut dengan dari tempat kejadian langsung ke pusat melalui komunikasi satelit kemudian dikirim kembali dengan cepat, sehingga apa yang dikerjakan oleh BMKG pusat sama kerja seperti yang ada di Mentawai.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi mengatakan 2 alat sensor sebelumnya terletak di Siberut Utara dan Pagai Selatan, sedang 4 lagi yang rencana dipasang di yaitu di Kecamatan Siberut Barat, Kecamatan Siberut Barat Daya, di Sipora Utara di Kantor BPBD, kemudian di Puskesmas Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan.
"Tapi ini belum final, masih kita bicarakan," pungkasnya (Suntoro).