![]() |
Kayu Menumpuk untuk Bahan Bakar PLTBM Saliguma |
SASARAINAFM.COM,
SALIGUMA - Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Bambu (PLTBm) Desa Saliguma,
Kecamatan Siberut Tengah, Kabupaten Kepulauan Mentawai, saat ini sudah
beroperasi sejak Desember 2018, kendati begitu masih menggunakan Bahan Bakar
Minyak (BBM) solar.
“Sudah
lumayan lama hidupnya, sejak bulan Desember 2018 sudah mulai dicoba, tapi masih
menggunakan bahan bakar solar sampai saat ini,” kata Kepala Desa Saliguma,
Nicolaus saat ditanya di kediamannya, Selasa (19/3).
Ia
juga menyampaikan, penggunaan bahan bakar kayu atau bambu, saat ini biomassa
Saliguma belum menggunakannya, pernah dicoba dua hari menggunakan bahan bakar
kayu, namun tidak berlanjut sebab bahan bakar kayu yang disediakan masyarakat
Saliguma belum mencukupi, selain itu bahan bakar kayu juga saat itu belum
kering dan masih basah.
“Pernah
dicoba kalau tidak salah hanya dua hari, tapi tidak berlanjut, selain bahan
bakar kayunya terbatas, kebetulan memang kayu-kayu yang dikumpulkan warga masih
kondisi basah. Kalau basah tentu gas yang dihasilkan oleh kayu berkurang,”
lanjut Nicolaus
Meski
hanya menggunakan BBM solar, masyarakat sudah mulai terbantu dengan penerangan
lampu biomassa ini, sebab sejak dulu warga Desa Saliguma tidak pernah menikmati
lampu seperti biomassa atau Perusahaan Listrik Nasional (PLN), meskipun hanya
hidup selama enam jam, mulai dari pukul 18.00 Wib sampai pukul 24.00 Wib.
“Memang
masih enam jam hidupnya, karena keterbatasan bahan bakar solar juga kan, mereka
masih menghemat, mungkin kalau sudah menggunakan bahan bakar kayu atau bambu
itu sudah bisa 24 jam. Untuk saat ini petugas biomassa kita disini (Saliguma)
hanya orang-orang kita, kalau Manajernya sedang tidak di tempat,” unjar
Nicolaus.
“Walaupun
cuma hidupnya enam jam, kami sudah bersyukur, terutama saya sendiri, karena
dengan adanya lampu seperti ini, kita bisa terbantu baik dari segi pekerjaan
maupun lainnya, misalnya mengetam kayu sudah bisa meskipun malam-malam,”
ungkapnya.
Namun
Meon menyayangkan lampu biomassa, meterannya masih sering berbalik saat beban
atau penggunaan terlalu banyak, sebab saat ini meteran lampu yang dipasang
pihak biomassa masih subsidi yakni 450 Watt, dengan muatan bola lampu sebanyak
tiga buah saja, jika ditambah dengan alat elektronik lainnya maka akan mudah
berbalik.
“Belum
lagi menggunakan mesin pompa air, ini kan hidup biomassanya malam, jadi memang
banyak bebannya, belum lagi penerangan, pompa air, menggosok kain,
sebentar-sebentar balik meterannya,” tambahnya.
Namun
sampai saat ini meski lampu PLTBm sudah menyala belum ada ketentuan pembayaran
bagi masyarakat sebab belum ada keputusan dari Pemerintah Daerah (Pemda)
Kepulauan Mentawai memberikan beban yuran, selain itu peresmian PLTBm belum
dilakukan oleh pihak bersangkutan beserta Pemda Mentawai. (Suntoro)