TfAoTUAoGUW9TSGlGUzoGfz8GA==
Light Dark
Tradisi Mentawai "Mu Unjuik" Mencuci Pakaian Orang Meninggal Di Laut

Tradisi Mentawai "Mu Unjuik" Mencuci Pakaian Orang Meninggal Di Laut

Daftar Isi
×

Warga Sikabaluan Berbondong-bondong ke Pantai Mengikuti Prosesi "Mu Unjuik"
Tradisi Mentawai “Mu Unjuik” / Mencuci Pakaian Orang Meninggal di Laut
SASARAINAFM.COM, SIKABALUAN_Indonesia memiliki aneka budaya yang unik di setiap daerahnya. Adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga sekarang menjadi daya pikat magis tersendiri bagi para pelancong. Seperti halnya tradisi ketika seorang anak lahir, menikah, dan kematian.
Ada sebuah tradisi di Mentawai yang disebut “Mu unjuik”. Unjuik memiliki arti membungkus kain. Mu unjuik merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh kerabat keluarga yang ditinggalkan dengan membungkus pakaian anggota keluarga yang telah meninggal dan beramai ramai mencucinya di sungai atau di laut.
Biasanya dilakukan menjelang hari raya besar agama seperti perayaan Natal dan Paskah. Tradisi ini masih dipelihara hingga saat ini di daerah Sikabaluan,  kecamatan Siberut Utara Mentawai meskipun tidak semua masyarakat di sana yang melakukannya.
Sebelum melakukan adat “mu unjuik” mencuci pakaian anggota keluarga yang meninggal  tersebut, kepala suku atau yang dituakan dalam suku tersebut mengawalinya dengan berdoa bersama di tepi pantai. Kemudian anggota keluarga dan kerabat bersama sama menuju laut untuk membasuh pakaian kerabat yang dibungkus tadi. Hal tersebut dilakukan untuk melepaskan segala kesalahan, kekecewaan, kesedihan, kemurungan, dan mengikhlaskan kepergian saudara yang telah meninggal tersebut. .
Sesudahnya, kerabat keluarga yang paling dekat mengenakan bunga di telinganya sebagai tanda bersukacita menyambut hari raya. Bunga dikenakan sambil berjalan bersama-sama menuju rumah keluarga yang meninggal tersebut.
Selanjutnya, seluruh kerabat disuguhkan minuman air kelapa muda yang harus diminum bersama isi buah kelapanya sampai habis, sebagai bentuk kebersamaan dan membersihkan diri dari segala penyakit dan hal buruk atau kesialan.
Kemudian, seluruh kerabat dipersilahkan mandi ke rumah masing-masing dan kembali lagi untuk memasak dan makan bersama di rumah keluarga yang meninggal tadi.
Sesudah tradisi “Mu unjuik” ini dilakukan,  anggota keluarga yang ditinggalkan dapat mengenakan pakaian yang berwarna merah (dimana pada masa berkabung tidak boleh memakai pakaian berwarna cerah)  dan memakai perhiasan sebagai tanda sukacita dalam memasuki hari raya dan menapaki hari yang baru, serta dapat mengenakan pakaian saudara yang telah meninggal tersebut. (Ks)