SASARAINAFM.COM, TUAPEJAT — Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet resmi menutup kegiatan Jambore Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke VI, Jumat (26/07) di pantai Mapaddegat, Dusun Mapaddegat, Desa Tuapeijat, Kecamatan Sipora Utara, yang dilaksana selama 5 hari, mulai Senin—Jumat (22-26).
Pada sambutannya ia meminta kepada seluruh peserta dari berbagai Kabupaten/Kota yang tersebar di Provinsi Sumatera Barat untuk menyampai informasi tentang Mentawai yang sesungguhnya, yang mana kepulaun yang dijuluki Bumi Sikerei ini ternyata memiliki keunikan dan keindahan alam dengan masyarakatnya yang penuh ramah tamah.
“Saudara-saudara se Sumatera Barat, bantulah kami untuk menyampaikan Mentawai yang sebenarnya, dan menjadi duta Mentawai,” ucapnya.
Sementara itu berdasarkan tema pada pelaksanaan jambore PRB yang ke VI tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2019 ini yakni "Tingkatkan Siaga, Kurangai Risiko Bencana, Menuju Ketangguan Masyarakat, Berprinsip Inklusi" menurutnya memiliki makna yang cukup berat untuk melakukan tugas kebencanaan.
“Ini maknanya sangat dalam bapak/ibu, kalau boleh saya ambil kesimpulannya ada beberapa hal yang terkandung didalamnya, yang pertama bahwa pemerintah melindungi segenap Masyarakat dalam ancaman bencana, bencana apa saja, di Sumatera Barat, bukan hanya Mentawai saja yang berpotensi bencana, tapi juga seluruh Kabupaten/Kota se Sumatera Barat, baik itu di laut, maupun di darat, di gunung dan di mana-mana,” paparnya.
Dalam meningkat kapasitas seorang petugas kebencanaan itu, kata Yudas tidak hanya dilakukan saat ada kegiatan Jambore, melainkan setiap ada kesempatan untuk latihan bisa dilaksanakan, sebab sebagai petugas kebencanaan harus selalu siapa baik secara fisik maupun secara teori dan teknis, untuk itu dibutuhkan latihan dan kerja sama Tim saling berbagi pengalaman.
" kalau dapat sebagai insan ujung ombak kebencanaan itu, setiap harinya kita harus fit, setiap hari kita harus olahraga, ketika terjadi bencana kita siap,” ungkapnya.
Dijelaskannya, bahwa kegiatan jambore tersebut hanya sebagai stimulan untuk meningkatkan semangat dan motivasi, tapi dibalik itu justru dibutuhkan kesiapsiagaan insan-insan bencana. Kemudian mengenali dampak dan ancaman bencana, agar ketika bencana terjadi, bisa minimalkan dampaknya.
“Bukan berarti kita takut, lalu meninggalkan tempat, bagaimana kalau terjadi bencana, kita siap, itu sudah ada instruksi Presiden, karena seluruh daerah kita ini, memiliki potensi bencana, jadi kemana kita mau lari, yang seharusnya kita buat adalah bersahabat, siap menghadapi bencana,” kata Yudas.
Yudas juga mengatakan bahwa mitigasi bencana baik secara struktural maupun nonstruktural, merupakan tugas bersama, mesti ada peraturan daerahnya, standarnya, suapaya saat bekerja sesuai dengan standar. “Yang paling penting adalah menjaga alam, seperti slogan "kita jaga alam, alam menjaga kita" maka dari itu saya mau sampaikan bahwa di pantai-pantai mari kita tanam cemara, atau tumbuhan lainnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia sampaikan daerah-daerah yang ada di pesisir pantai, menjadi prioritas utama dalam mengarahkan perencanaan pembangunan, termasuk Kepulauan Mentawai daerah yang memiliki keunikan tersendiri atau kearifan lokal mesti di dukung semua pihak. Keterpaduan antara kekayaan budaya, pariwisata dan ancaman bencana menjadi hal menarik untuk dikembangkan. (suntoro)
Pada sambutannya ia meminta kepada seluruh peserta dari berbagai Kabupaten/Kota yang tersebar di Provinsi Sumatera Barat untuk menyampai informasi tentang Mentawai yang sesungguhnya, yang mana kepulaun yang dijuluki Bumi Sikerei ini ternyata memiliki keunikan dan keindahan alam dengan masyarakatnya yang penuh ramah tamah.
“Saudara-saudara se Sumatera Barat, bantulah kami untuk menyampaikan Mentawai yang sebenarnya, dan menjadi duta Mentawai,” ucapnya.
Sementara itu berdasarkan tema pada pelaksanaan jambore PRB yang ke VI tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2019 ini yakni "Tingkatkan Siaga, Kurangai Risiko Bencana, Menuju Ketangguan Masyarakat, Berprinsip Inklusi" menurutnya memiliki makna yang cukup berat untuk melakukan tugas kebencanaan.
“Ini maknanya sangat dalam bapak/ibu, kalau boleh saya ambil kesimpulannya ada beberapa hal yang terkandung didalamnya, yang pertama bahwa pemerintah melindungi segenap Masyarakat dalam ancaman bencana, bencana apa saja, di Sumatera Barat, bukan hanya Mentawai saja yang berpotensi bencana, tapi juga seluruh Kabupaten/Kota se Sumatera Barat, baik itu di laut, maupun di darat, di gunung dan di mana-mana,” paparnya.
Dalam meningkat kapasitas seorang petugas kebencanaan itu, kata Yudas tidak hanya dilakukan saat ada kegiatan Jambore, melainkan setiap ada kesempatan untuk latihan bisa dilaksanakan, sebab sebagai petugas kebencanaan harus selalu siapa baik secara fisik maupun secara teori dan teknis, untuk itu dibutuhkan latihan dan kerja sama Tim saling berbagi pengalaman.
" kalau dapat sebagai insan ujung ombak kebencanaan itu, setiap harinya kita harus fit, setiap hari kita harus olahraga, ketika terjadi bencana kita siap,” ungkapnya.
Dijelaskannya, bahwa kegiatan jambore tersebut hanya sebagai stimulan untuk meningkatkan semangat dan motivasi, tapi dibalik itu justru dibutuhkan kesiapsiagaan insan-insan bencana. Kemudian mengenali dampak dan ancaman bencana, agar ketika bencana terjadi, bisa minimalkan dampaknya.
“Bukan berarti kita takut, lalu meninggalkan tempat, bagaimana kalau terjadi bencana, kita siap, itu sudah ada instruksi Presiden, karena seluruh daerah kita ini, memiliki potensi bencana, jadi kemana kita mau lari, yang seharusnya kita buat adalah bersahabat, siap menghadapi bencana,” kata Yudas.
Yudas juga mengatakan bahwa mitigasi bencana baik secara struktural maupun nonstruktural, merupakan tugas bersama, mesti ada peraturan daerahnya, standarnya, suapaya saat bekerja sesuai dengan standar. “Yang paling penting adalah menjaga alam, seperti slogan "kita jaga alam, alam menjaga kita" maka dari itu saya mau sampaikan bahwa di pantai-pantai mari kita tanam cemara, atau tumbuhan lainnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia sampaikan daerah-daerah yang ada di pesisir pantai, menjadi prioritas utama dalam mengarahkan perencanaan pembangunan, termasuk Kepulauan Mentawai daerah yang memiliki keunikan tersendiri atau kearifan lokal mesti di dukung semua pihak. Keterpaduan antara kekayaan budaya, pariwisata dan ancaman bencana menjadi hal menarik untuk dikembangkan. (suntoro)