
![]() |
Kepala SMAN.2 Sipora, Helimursida |
SASARAINAFM.COM,
TUAPEJAT- Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (Disdikbud) tak lagi membiayai anak-anak kelas unggul yang ada di
Sekolah Menengah Atas Negeri(SMAN) 2 Sipora sejak tahun 2017 lalu.
Hal
ini disampaikan oleh Kepala Sekolah SMAN 2 Sipora, Helimursida saat ditemui di
ruang kerjanya Jumat (22/2). Ia mengatakan bahwa sebelum SMA dipindahkan ke provinsi,
kelas unggul yang terdiri dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sisoal (IPS), masih ditanggung oleh Pemerintah Daerah (Pemda)
setempat..
“Kalau
sekarang tidak lagi, kalau dulu kelas unggul itu masih dibiayai Pemda,
pengurusnya dari dinas terkait waktu itu, namun setelah pengelolaan SMA ini
pindah ke provinsi, tidak ada lagi,” kata Helimursida..
Lebih
lanjut dijelaskannya, kelas unggul ini mulai sejak tahun 2014 sampai 2017 lalu,
kurang lebih tiga tahun berjalan akhirnya SMA ditarik oleh Pemerintah Provinsi
hingga saat ini.
“Selalu
diurus sama orang dinas, pagi diantar sarapan anak-anak, sekitar jam 10.00 wib
diantar lagi makanan ringan mereka, kalau sudah siang diantar makan siangnya,
kemudian kembali makanan ringan sore dan
makan malam selalu diantar,” ujar Helimursida
Ia
menyebutkan kemungkinan Pemprov tidak memiliki biaya untuk anak-anak kelas
unggul dan juga pihak Pemda Mentawai tidak melimpahkan pembiayaan anak-anak ke
Pemprov atau Disdikbud Provinsi.
“Kalau sekarang masih ada lokal unggul, tapi
bukan lagi biaya dari Pemda, itu biaya pribadi lagi, cuma kita masih menampung
anak-anak yang tidak punya keluarga di sini (Tuapejat), jadi kita sediakan
tempat dari pada kosong begitu saja kan ruangannya, ya kita manfaatkan untuk
anak-anak yang sekolah disini dari jauh, seperti Siberut atau Sikakap,” ungkap
Helimursida.
Hal
ini dibenarkan pengawas asrama kelas unggul, Aris Rusman, dia menyampaikan
bahwa sebelumnya anak-anak SMA unggul hanya tinggal sekolah saja dan tidak
perlu memikirkan uang makan dan biaya lainnya, sebab semua sudah ditanggung
oleh Pemda Mentawai.
“Kalau
dulu mereka tinggal sekolah, tidak perlu mikir makan dari mana atau biaya
lainnya, semuanya disediakan oleh Pemda, tapi sayang sekali sejak pindah SMA ke
Provinsi tidak ada lagi pembiayaan,” ujarnya.
Saat
ini anak-anak SMA unggul yang tinggal di asrama kurang lebih 16 orang, 11 dari
itu merupakan laki-laki sisanya perempuan. Sementara anak-anak yang tinggal di
asrama harus memasak sendiri dan menunggu kiriman makanan dari orang tuanya di
kampung halaman. (Suntoro)