SASARAINAFM.COM │JAKARTA - Staf Khusus (Stafsus) Presiden Bidang Komunikasi dan Juru Bicara (Jubir) Presiden M. Fadjroel Rachman menyampaikan pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas utama Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok, Sumatra Barat, Sabtu (13/02/2021) pagi. Webinar ini mengambil tema “Tantangan Pendidikan Menghadapi Era 4.0 Masa Pandemi COVID-19”.
“Seperti yang terdapat pada panca kerja Presiden Joko Widodo, salah satunya bahwa pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Adapun lima program prioritas Pemerintahan Presiden Jokowi-Wapres Ma’ruf Amin yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi dari sumber daya alam (SDA) menjadi industri bernilai tambah.
Mengutip Pernyataan Presiden, Fadjroel mengatakan, di era disrupsi digital dan hiperkompetisi serta perubahan dunia yang sangat cepat ini, penting untuk memerdekakan mahasiswa untuk bisa belajar kepada siapa saja.
“Presiden Joko Widodo memberi pesan kepada mahasiswa, jadilah manusia yang merdeka dan bisa belajar kepada siapa saja. Banyak hal yang belum sempat dibukukan sudah berubah di lapangan, banyak karakter kerja yang tidak bisa ditangkap hanya melalui membaca tetapi harus terus mengalami pengalaman nyata,” ujarnya.
Fadjroel menambahkan, Presiden juga mengingatkan agar dunia pendidikan tidak terjebak dalam rutinitas. “Cara-cara baru harus kita kembangkan, keinginan mahasiswa dan dosen untuk berinovasi harus terus ditumbuhkan, kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan,” ujarnya mengutip arahan Presiden dalam Dies Natalies ke-58 Universitas Brawijaya beberapa waktu lalu.
Di era disrupsi ini, ungkap Fadjroel, terdapat tiga tantangan yang dihadapi terkait pengembangan SDM. Pertama, Indonesia adalah bangsa heterogen yang memiliki perbedaan karakter sosial budaya di setiap wilayah sehingga memengaruhi cara membangun SDM dan hasil yang diperoleh. Kedua, kelembagaan pendidikan, termasuk masalah infrastruktur dan fasilitas pendidikan, tenaga pengajar, dan kurikulum metode pengajaran. Serta ketiga, kesenjangan sosial digital atau social digital divide.
Untuk itu, Fadjroel mengajak perguruan tinggi dan lingkungan sekolah untuk bersama-sama bersinergi melaksanakan gerakan literasi sekolah dalam menghadapi tantangan tersebut.
“Guru dan dosen adalah garis depan dalam upaya mencerdaskan bangsa, mendorong Indonesia Maju, membangun modal budaya, dan dalam meningkatkan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing,” ujarnya.
Fadjroel juga mengajak para tenaga pendidik untuk bersama-sama menyebarkan informasi yang benar serta memerangi penyebaran hoaks yang sangat marak terjadi termasuk di tengah pandemi yang melanda saat ini.
“Sebagaimana temuan dari Tim Peneliti MIT, bahwa di Twitter informasi tidak benar menyebar enam kali lebih cepat dan jumlahnya 10-20 kali lebih banyak dari pada informasi benar. Ini adalah tantangan bagi guru dan dosen di era revolusi digital,” ungkapnya.
Jubir Presiden juga mengajak para tenaga pendidik untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi sekaligus kondisi pandemi yang tengah terjadi.
Saat ini, imbuhnya, proses belajar mengajar berubah secara drastis dari tatap muka menjadi daring yang sangat bergantung pada teknologi. Tenaga pendidik pun harus beradaptasi dan menemukan cara-cara baru untuk menghadapi kondisi tersebut.
“Mari kita jadikan pandemi sebagai momentum memperbaiki ekosistem pendidikan nasional. Sebab, pandemi memiliki dua wajah, bahaya dan peluang. Bahayanya kita tangani, kemudian peluangnya kita gunakan untuk memperbaiki pendidikan kita,” tuturnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Rektor UMMY Solok Syahro Ali Akbar. Turut menjadi pembicara Dosen Universitas Negeri Padang Yenni Hayati dan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sumatra Barat Irsyad. Webinar ini itu diikuti oleh 155 peserta yang terdiri dari dosen, guru, mahasiswa, praktisi pendidikan, dan masyarakat umum di Sumatra Barat, khususnya Solok. (FID/UN)