Cengkeh dalam proses penjemuran |
Masyarakat petani cengkeh berbondong-bondong untuk memetik cengkeh dan menjualnya kepada agen atau pengumpul cengkeh tersebut.
Buah cengkeh yang dipetik sudah sekira sebulan lamanya dipetik dan dijemur oleh warga.
Keuntungan yang diperoleh dari menjual cengkeh pun cukup fantastis apalagi dalam jumlah yang juga banyak.
Jika dibandingkan dari tahun 2019, harga jual cengkeh tahun 2020 ini menurun.
Barutu, salah seorang agen pengumpul cengkeh di Pulau Sipora menyebutkan bahwa tahun 2019 lalu harga cengkeh lebih tinggi yakni sekira Rp,70.000 per kilo saat dibeli dari petani.
Namun tahun ini, kata Barutu, cengkeh yang sudah dikeringkan atau dijemur awalnya dibeli seharga Rp,55.000, kemudian turun menjadi Rp,53.000, lalu turun lagi menjadi Rp,51.000 saat ini.
Kemungkinan, imbuhnya, minggu depan akan turun lagi menjadi Rp,50.000.
Sementara harga cengkeh yang masih hijau atau belum dijemur, dibeli seharga Rp,5.000/6.000 per tekong.
Dalam satu kilo mencapai 8 tekong.
Barutu mengatakan kemungkinan penyebab turunnya harga cengkeh berdasarkan info dari pabrik Rokok di Surabaya adalah naiknya harga rokok, sementara daya beli masyarakat menurun dan cengkeh semakin banyak.
"Meskipun banyak, diekspor pun nanti terkendala oleh kondisi pandemi covid-19," ujar Barutu di tokonya, Kamis.
Ia menyebutkan, cengkeh-cengkeh tersebut ia peroleh dari masyarakat di Pulau Sipora yaitu dari Tuapejat, Goiso'oinan, Pogari, Rokot, Matobe, hingga Nemnemleleu.
Cengkeh-cengkeh tersebut ditampi dan dijemur kembali, kemudian dikarungkan, dan dikirim langsung ke perusahaan pabrik rokok di Jakarta atau Surabaya.
"Ongkosnya kita tanggung sendiri. Kendalanya, dananya kurang untuk mengumpulkan lebih banyak lagi," ujarnya.
Sementara itu, kebanyakan masyarakat yang menjual cengkehnya kepada agen pengumpul sudah dalam kondisi kering atau dijemur.
"Tahun ini cengkeh yang kita kumpulkan lebih banyak namun harga turun. Tahun 2019 lalu seminggu kita bisa mengirim satu ton. Kalau tahun ini 4-5 ton," pungkasnya.(KS)