Iklan

Waspada Demam Babi Afrika. Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian Lakukan Sosialisasi di Mentawai

Jumat, 14 Februari 2020, Februari 14, 2020 WIB Last Updated 2020-02-14T06:40:42Z
Waspada Virus ASF Dirjen Peternakan Gelar Sosialisasi di Mentawai
SASARAINAFM.COM | TUAPEIJAT  - Fungsional medik veteriner ahli madya Direktorat Jenderal Peternakan Kementrian Pertanian, Abdul Rachman, menerangkan bahwa penyebaran Suspect Virus African Swine Fever (ASF) atau  demam babi afrika pada babi bisa saja disebabkan oleh karena distribusi dari daerah tertular secara ilegal.

Ia menjelaskan gejala babi yang terserang ASF diantaranya, demam tinggi, ada kemerahan pada telinga, dan kebiruan pada pangkal pahanya.

Abdul menambahkan bahwa ketahanan virus ASF dalam daging bisa mencapai di atas 100 hari, dalam suhu dingin hingga 1.000 hari, dan dalam feses bisa 11 hari.

"Virus ini tidak menular ke manusia namun menularnya antar babi saja, dan aman dikonsumsi setelah dimasak," tutur Abdul saat sosialisasi pengendalian penyakit menular demam babi afrika di Tuapeijat, Sipora Utara Kamis (13/2/2020).

Ia menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada vaksin atau obat yang dapat menyembuhkan babi dari virus ASF tersebut.

Virus ini,katanya, awalnya muncul sejak 1920 di Afrika kemudian menyebar ke Eropa, Amerika, dan terakhir ke Asia. Tahun 2019 masuk ke China, Vietnam, hingga Sumatera utara.

Adapun upaya menurunkan resiko babi terserang virus ASF diantaranya yaitu  bio security yang ketat, dengan menjaga kebersihan kandang, penyemprotan disinfektan ke seluruh kandang, dan kebersihan petugas.

"Babi yang mati harus dikubur agar tidak menyebarkan virus kemana-mana. Daging babi yang suspect yang sudah dipotong  tidak boleh dibagikan ke orang lain agar tidak menular ke areal lain. Tetapi jika sudah dimasak, baru bisa dibagikan ke orang," paparnya.

Virus ASF akan mati pada suhu 60°celcius selama 20 menit.

Upaya berikutnya yakni babi tidak boleh masuk ke area terinfeksi.

"Lalu lintas diperketat. Tunggu area tersebut steril atau habis virusnya sekira enam bulan baru  kemudian beternak lagi. Jika tidak, masyarakat bisa merugi dua kali lipat karena ternaknya bisa mati lagi," terangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa di setiap kecamatan sebaiknya memiliki minimal satu orang dokter hewan dan ada pusat kesehatan hewan  di kabupaten untuk mengawasi dan mengendalikan penyakit hewan.

Pada tempat yang sama, Kepala seksi karantina hewan Balai karantina pertanian kelas I Padang, Agus menyatakan bahwa pihaknya selama ini mengawasi dan memeriksa lalu lintas hewan dari Padang menuju Mentawai terutama ke Tuapeijat di pelabuhan Muara Padang, Teluk bayur, Bungus, dan Bandara Internasional Minangkabau. (KS)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Waspada Demam Babi Afrika. Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian Lakukan Sosialisasi di Mentawai

Terkini

iklan2

Iklan