Atraksi tato Mentawai di stand Titi Mentawai yang selalu ramai pengunjung |
Kini warisan budaya itu mulai tergerus oleh zaman, tradisi-tradisi leluhur Masyarkat Mentawai sepertinya sudah jarang diterapkan oleh generasi milineal yang sekarang disebut generasi “Zaman Now” bahkan bisa dikatakan hampir tidak ditemukan lagi pada generasi muda.
Lambat laun satu per satu tradisi Mentawai mereka tinggalkan, atau justru tradisi-tradisi itu sudah tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Kendati demikian satu-satu ada juga pencinta budaya yang mau melekatkan tato asli Mentawai, sebagian juga diabadikan dalam lukisan kain batik Mentawai.
Guna melestarikan warisan budaya Mentawai tersebut, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Mentawai, menggelar kegiatan Festival Pesona Mentawai (FPM). Di panggung FPM ini, ditampilkan berbagai kegiatan atau atraksi yang menggambarkan tradisi budaya Mentawai.
Dimana para pengunjung dan Masyarakat setempat dapat melihat langsung atraksi tari ritual yang merupakan salah satu kekuatan bagi tokoh masyarakat Mentawai yang diperankan oleh Sikerei.
“ Tujuan kita mengadakan kegiatan festival ini antara lain, kita ingin menunjukan bahwa Mentawai itu memiliki budaya yang tersendiri, kemudian kita ingin melestarikan warisan leluhur masyarakat Mentawai dan ingin membangun kawasan wisata, sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya untuk menjual hasil olahan makan khas mentawai, dan pastinya terjadi pertumbuhan ekonomi,” Kata Yudas Sabaggalet Bupati Kepulauan Mentawai di arena FPM Tahun 2019 di Kawasan Wisata Pantai Mapaddegat sehari sebelum pembukaan FPM dilaksanakan.
Tahun 2019 ini merupakan keempat kalinya Festival ini dilaksanakan, yang nanti akan berlangsung dari 28 Juni – 1 Juli 2019.
Kegiatan FPM ini untuk pertama kali dilaksanakan pada awal November 2016 lalu di pantai Mapaddegat, Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, selanjutnya edisi yang kedua dilaksanakan di tempat yang sama pada awal Oktober 2017.
Kemudian pada pelaksanaan FPM yang ketiga justru dilaksanakan di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, dimana Desa itu dijadikan sebagai destinasi wisata budaya,
Setidaknya para pengunjung selain menikmati atraksi budaya dan kuliner khas Mentawai, di pantai mapadeggat yang memiliki pasir putih, laut yang biru dan gulungan gelombang ombak yang kerap diburuh para turis asing pencinta selancar tampak begitu dekat dengan lokasi FPM yang sekarang sedang dilaksanakan.
“ Di sini ada ombak yang jarang sepi, selalu ramai turis surfing,” kata seorang pemain surfing lokal warga Mapaddegat.
Ada beberapa item kegiatan pada FPM 2019 diantara, Pada pembukaan 28 juni diawali dengan jalan santai, pawai budaya dan sore harinya pembukaan, kemudian hari berikutnya pameran, lomba lagu mentawai, lombah buah parade dan sayur, jelajah hutan mangrove dan snorkeling, lombah panahan tradisional mentawai, lomba perahu layar di pantai jati, lomba turuk laggai, peragaan busana mentawai dan atraksi pembuatan tato Mentawai yang konon katanya sebagai tato tertua di dunia, hingga pada tanggal 1 Juli 2019 sesuai Jadwal kegiatannya FPM 2019 ditutup.
Di lokasi kegiatan FPM dilaksanakan itu, tampak puluhan pondok kecil beratapkan daun rumbia, pelaku usaha kecil menengah magais rezeki, mereka menyediakan minuma dan aneka makanan khas Mentawai kepada pengunjung yang ingin menikmati kuliner, disamping itu puluhan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Mentawai juga ikut mengambil bagian, membangun stand untuk menunjukan program dan hasil kerja yang dicapai selama ini.
“ Harapan kita dengan digelarnya kegiatan FPM ini, Masyarakat setempat jadi terbiasa berjualan, sehingga apabila ada wisatan berkunjung ke sini, ada kuliner yang bisa dinikmati oleh wisatawan, selanjutnya ekonomi masyarakat akan meningkat,” ujar Bupati Mentawai dua periode itu, yang didampingi Sekda Mentawai Martinus Dahlan, Kepala Disparpora Mentawai Joni Anwar dan para asisten Bupati. (Red)