![]() |
Ketua MK RI, Dr.Anwar Usman, SH.MH (Tengah- berjambang) |
Hal itu Ia kemukakan kepada ratusan wartawan saat memberikan ceramah kunci dan sekaligus membuka kegiatan peningkatan pemahaman hak Konstitusi Warga Negara Bagi Wartawan Se-Indonesia, Senin (22/04) di Aula gedung Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi, Jalan Raya Puncak KM 83 Cisarua, Bogor, Jawa Barat..
Kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama antara Mahkamah Konstitusi dengan Dewan Pers tersebut akan berlangsung selama empat hari mulai Senin - Kamis (22-25).
Menurutnya insan pers memiliki tugas yang cukup berat dalam menjalankan profesinya untuk menyampaikan sebuah kebenaran, dan bahkan bisa membayakan nyawanya sendiri, namun dibalik itu pekerjaan wartawan memiliki nilai yang sangat mulia.
"Pekerjaan wartawan itu berat dibandingkan kita (Pejabat Negara-Red), karena kerjanya menyampaikan kebenaran, menyampaikan ilmu, ya bisa kita bilang mati sahid membela kebenaran," timpalnya.
Sementara di momen pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2019 ini, pihaknya juga berharap wartawan mampu membuat susana menjadi sejuk dengan memberikan berita fakta bukan opini yang membuat iklim panas ditengah-tengah Masyarakat..
Sementara itu Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dalam sambutannya menyampaikan hal senanda bahwa kondisi pemilu serentak saat ini sangat memprihatinkan terutama penyebaran berita Hoax yang membuat situasi yang menjadi suhu politik menjadi panas.
"Pemilu sudah selesai, tetapi prosesnya belum selesai, kondisi sekarang kedua kubu saling mengklaim kemenangan, media terbelah menjadi dua untuk mengikuti capres dan cawapres, para pemilik media menjadi pemimpin partai, para pendukung menggalang massa dan opini media sosial menyebarkan hoax dan ketakutan
Ia menyebutkan ada dua hal peran media yang harus dilakukan yang pertama wartawan harus memberikan informasi yang akurat, faktual, netral, seimbang dan adil, yang kedua selalu skeptis dan menguji semua kebenaran informasi yang didapat dari media sosial, "Dalam kondisi sekarang ini pers jangan justru mengelorakan potensi publik yang ada," tuturnya.