![]() |
Widart Dengan Salah Satu Karyanya di Stand FPM 2019 |
Kesuksesan seseorang tidak lah memandang usia, bahkan perempuan pun bisa menjadi tulang punggung
keluarga. Seperti Widart (40) asal Jawa Timur - Kota Malang menjadi pelukis
yang tentunya bisa membantu suaminya yang bekerja di salah satu Instansi
Pemerintah Kepulauan Mentawai.
“Sebenarnya
ini hanya iseng-iseng saja mas, dulu saya membuat lukisan karena hobby, tapi
belum saya jual, karena banyak yang lihat dan mereka bilang jual saja, makanya
saya buka galeri seni lukis disini (Mentawai)”, kata Widart Jumat (28/6/2019).
Ia
mengaku, kemampuannya melukis sudah nampak sejak ia masih duduk di bangku
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1990 dan 1992, bahkan sampai saat ini,
sebelum ikut suaminya akhir 2017, ia juga membuka galery di kampungnya, bahkan
rencananya jika suaminya sudah pensiun, akan kembali lagi ke kampung halamnnya
dan melnjutkan kegiatannya melukis.
Selain
hobby karena ingin membantu suami dan mencari kesibukan di rumah, kemampuannya
melukis tak luput dari lingkungan keluarga yang suka seni, seperti seni pahat
dan seni lukis di atas kaca, dan Widart hanya bisa melukis di atas kain kanvas,
meski begitu lukisannya sangat mempesona.
“Sebenarnya
karena lingkungan di daerah saya terutama keluarga suka seni, saudara saya
banyak yang suka seni pahat dan seni lukis lainnya”, katanya.
Lukisan
yang buat banyak yang pesan dari daerahnya di Jawa Timur - Kota Malang, ia
menyayangkan di Mentawai pemasarannya belum begitu melejit, “mungkin karena
tidak banyak yang suka dengan lukisan, sehingga pemasarannya agak kurang”,
ujarnya.
Meski
belum punya anak, semangatnya membantu suami sungguh luar biasa, terbukti
setiap bulan dirinya mendapat omset Rp1 juta hingga Rp1,5 juta setiap bulan,
sebab katanya lukisan yang di buat tidak begitu mahal, dari harga Rp5.000 sampai
Rp1 juta tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.
Ia
mengatakan omset yang dia terima masih jauh dari rata-rata, kalau di kampung
halamannya bisa mencapai Rp3 hingga Rp5 juta per bulan.
“Kalau
yang ukuran 70 kali 40, itu Rp600 ribu, kalau ukuran sedang Rp100 ribu sampai
Rp200 ribu”, ujar Widart.
Demi
mencari pelanggan yang banyak ia membuka stand di Festival Pesona mentawai,
lukisan yang ia jajahkan yaitu, lukisan panorama pantai, lukisan Sikerei, dan
lukisan orang. Ia juga bisa membuat sketsa wajah jika ingin meminta dilukis.
Meski
demikian, ia mengatakan kendalah yang sering ia alami yaitu bahan-bahan lukisan
yang sulit didapat dan di Mentawai tidak ada yang menjual bahan-bahan lukisan,
Widart mesti membeli bahan-bahan dari Padang atau di kampung halamannya di Jawa
kalau dia ada waktu berangkat atau liburan saja.
Untuk
pembelian kain kanfas misalnya, satu meter ia harus merogoh kocek Rp40 ribu,
sementara ia membutuhkan kain hingga 20 meter.
Satu
buah lukisan ia bisa menyelesaikan satu hari, jika tidak ada kendalah atau
kesibukan, “kalau tidak sibuk bisa selesai cepat, tapi tergantung mud nya juga
mas, kalau lagi mud juga bisa cepat, kalau tidak saya tinggalkan dulu, karena
tidak bisa dipaksa, nanti lukisannya kurang baik”, ungkapnya. (Suntoro)