SASARAIANFM.COM,
TUAPEJAT- Sekolah Luar Biasa (SLB) Mutiara Bangsa Pratama Mentawai, merupakan
salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terletak di desa
Sipora Jaya, kecamatan Sipora Utara. Sekolah ini sudah berjalan sejak didirikan
pada tahun 2016 lalu oleh Yayasan Pendidikan Mutiara Bangsa Pelangai (YPMBP)
Padang.
Kepala
Sekolah SLB Mutiara Bangsa Pratama Mentawai, Selvi Utami menyampaikan pendirian
SLB ini sebelumnya dilakukan survey oleh yayasan terlebih dahulu guna
mengetahui ada tidaknya anak – anak yang berkebutuhan khusus di Mentawai..
“
ceritanya sih di kabupaten/kota yang belum memiliki SLB cuma Mentawai saja,
jadi sebelum mendirikan sekolah ini kita survei dulu lokasinya apa ada anak –
anak yang benar – benar berkebutuhan khusus dia, cuma mereka tidak ada tempat
untuk mereka bersekolah gitu, dimasukkanpun mereka ke Sekolah Dasar (SD) mereka
kan tidak diterima, karena mereka memang kebutuhan khusus. Nah dari situ kita
sudah dapat informasi, kita dirikanlah sekolah ini,” kata Selvi saat ditemui Sasaraianfm.com
di Sekolah SLB Mutiara Bangsa Pratama Mentawai, pada Jumat (12/10).
Selain
itu ia termotivasi karena ada beberapa orang tua anak yang mengeluh karena
tidak adanya SLB di Mentawai, sebab orang tua anak bekerja di Mentawai.
Sementara untuk pendampingannya sendiri disebutkan Selvi, tidak sama dengan
anak – anak biasanya, “tidak bisa kita samakan dengan anak – anak normal,
pendekatannya itu individual, jadi setiap guru menangani satu orang siswa,”
ujarnya.
Untuk
saat ini ada sebanyak 10 siswa SLB dan 4 orang guru yang menangani anak – anak
dengan berbeda jam dari jam 08.00 WIB pagi sampai jam 12, bahkan untuk
operasionalnya sampai jam 15.00 WIB sore kalau ada anak – anak yang mau les..
Sementara
saat ini SLB Mutiara Bangsa Pratama Mentawai masih mengontrak gedung sekolah,
untuk pembayaran tiap bulan orang tua dibebankan Rp.500 ribu/bulan, anggaran
tersebut selain untuk pembelian ATK, juga membayar beberapa guru pengajar. Tak
hanya itu, SLB Mutiara Bangsa Pratama Mentawai mendapatkan Biaya Operasional
Siswa (BOS) dan dinas terkait.
“Kita
dapat BOS, karena kita resmi, izinnya ada, siswanya ada, guru – gurunya juga
ada, dan sekolahnya juga. Kalau dana cair bisa terpenuhilah semua, ini sudah
masuk tahun kedua, “ ungkap Selvi.
Ia
juga sudah mengajukan ke desa Sipora Jaya untuk mendapatkan dukungan lahan,
karena menurut Selvi yang menjadi kendala pihaknya saat ini yaitu gedung
sekolah yang belum ada, ia berharap ada bantuan yang bisa menyediakan lahan,
sehingga nantinya sekolah SLB bisa di gratiskan.
“Memang
tempat kita masih kontrak, makanya kita ajukan kemaren ke desa bagaimana supaya
kita dapat lahan lalu kita bangun SLB, jadi uang kontrak selama ini kita alihkan
kesana, namun sampai saat ini responnya belum ada,” tuturnya. (Suntoro)